Minggu, 28 November 2010

penelitian


PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS PADA ANAK AUTIS DENGAN METODE SUGGESTOPEDIA MELALUI INDIVIDUAL APPROACH
 DI SEKOLAH INKLUSIF “CAHAYA HARAPAN MADIUN”

Oleh: Nuri Ati Ningsih, SPd, MPd.
(IKIP PGRI Madiun)
Abstrak


Penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan kondisi cara belajar bahasa Inggris anak autis (2) menginformasikan pada berbagai pihak tentang keberadaan anak berkebutuhan khusus (autis) yang sampai saat ini belum mendapatkan perhatian dari pemerintah.
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Inklusif Cahaya Harapan Madiun. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi, interview dan dokumentasi. Analisa data dilakukan dengan trianggulasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran telah dilakukan dengan maksimal terbukti dengan pemilihan metode yang tepat, namun semuanya tidak dapat berjalan seoptimal mungkin karena berbagai kendala yang tidak dapat dihindari dan muncul didalamnya.

Kata kunci:  Autis, Suggestopedia, Individual Approach


A. Latarbelakang
Peningkatan kualiatas SDM (sumber daya manusia) pada semua level merupakan salah satu pilar menuju terwujudnya peradapan yang siap secara fisik dan mental untuk menyongsong era global. SDM yang berkualitas ini akan menjadi pelaku utama dalam pembangunan, dan merupakan faktor utama sebagai penentu jalan keluar bagi bangsa kita dari multi dimensi krisis termasuk didalamnya kemiskinan.
Adanya percepatan arus informasi yang luar biasa pada era global ini, membuat semua insan pada semua bidang harus berbenah diri untuk dapat beradaptasi supaya tidak terlindas oleh  perubahan zaman. Perubahan ini tidak bisa serta merta kita lakukan, karena ini merupakan suatu sistem maka harus dilakukan terencana dengan baik supaya mendapatkan hasil yang maksimal dan bidang pendidikan merupakan pilar utama perubahan itu.
Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dan cukup strategis. Sebagai fasilitator perubahan, maka pendidikan yang diberikan harus bermutu, relevan dengan kebutuhan zaman dan harus mampu mengantisipasi segala sesuatu kaitannya dengan perubahan sistem baik yang bersifal lokal maupun global.
Jenis pendidikan yang berkualitas ini harus dapat dinikmati oleh seluruh warga negara Indonesia dari segala level; besar-kecil, tua-muda, kaya-miskin serta yang normal maupun yang tidak normal(cacat) karena era global ini  akan berpengaruh pada semua lapisan masyarakat Indonesia.
Sebagai alat utama pencapaian keberhasilan itu adalah bahasa, utamanya Bahasa Inggris. Posisi bahasa Inggris adalah sebagai bahasa ke dua atau bahasa asing. Dewasa ini, pengajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing mengalami perkembangan yang sangat pesat, karena posisinya sebagai bahasa internasional. Penelitian di bidang kebahasaan dan pengajaran bahasa  telah melahirkan pemikiran-pemikiran yang besar di bidang  pengajaran bahasa. Kemajuan yang begitu pesat di bidang komunikasi telah membawa bangsa Indonesia untuk mengadopsi hasilnya.
Salah satu hasil penelitian  yang banyak mewarnai pengajaran bahasa Inggris di Indonesia adalah semakin berkembangnya penerapan metode atau pendekatan pengajaran bahasa yang bersifat modern. Menurut teori belajar bahasa modern, siswa tidak lagi dipandang sebagai peniru/imitator tetapi merupakan pelaku aktif dalam proses kreatif belajar bahasa. Sebaliknya guru tidak merupakan satu-satunya pemberi informasi dan sumber belajar, tetapi ia juga penerima informasi (information receiver) dan moderator. Kesalahan-kesalahan yang dibuat siswa dianggap sebagai sesuatu yang wajar dan manusiawi serta tidak dapat dihindari.
Menurut Soenjono Dardjowijojo (1996:30), dewasa ini telah berkembang lima pendekatan modern dalam pengajaran bahasa, yaitu Community Language Learning, Total Physical Response, The Natural Approach. The Silent Way, dan Suggestopedy.
Jenis pendekatan pengajaran ini,  lebih mengutamakan peranan siswa dan kebutuhan siswa. Meskipun pendekatan-pendekatan baru tersebut telah berkembang lama, namun kenyataannya banyak guru bahasa asing yang masih enggan menerapkannya. Hal ini disebabkan antara lain, selain  pemahaman  guru  masih sangat minim juga disebabkan oleh terbatasnya  fasilitas yang ada.
Berbagai kegiatan telah dilakukan untuk mencapai target pencapaian pembelajaran bahasa baik itu dilakukan oleh oleh pemerintah, pihak swasta maupun lembaga swadaya masyarakat melalui perubahan kurikulum sekolah, seminar, pelatihan, workshop, lokakarya maupun informasi yang disebarkan melalui media cetak maupun elektronik. Namun berdasarkan pengamatan peneliti, dari berbagai usaha yang telah dilakukan tersebut belum  maksimal karena belum menyentuh semua lapisan masyarakat, terutama bagi penderita cacat.
Kelompok ini sering terabaikan .Perhatian dan fasilitas hampir semuanya tertuju pada peningkatan kualitas pendidikan dan  pencapaian  keberhasilan belajar pada  anak yang  normal. Memberikan pendidikan pada anak yang mempunyai kelainan fisik dan mental memang tidaklah mudah karena diantara mereka ada juga yang mempunyai perilaku sosial yang berbeda. Sehingga dibutuhkan keahlian khusus dan kemampuan guru dalam memilih metode, strategi dan pendekatan khusus yang disesuaikan dengan kondisi anak. Melalui beberapa hal tersebut diharapkan anak dapat menerima kondisinya, mampu bersosialisasi dengan baik, dapat belajar supaya mempunyai ketrampilan sebagai bekal dalam kehidupannya sehingga mereka dapat mandiri tanpa banyak bergantung pada orang lain lagi.
Dibutuhkan kesiapan, kemampuan dan semangat yang luar biasa untuk menyentuh kelompok ini. Untuk manusia normal saja berbagai bentuk kerjasama dilakukan, semua pihak menjadi mitra untuk mengawal kesuksesan mereka, itupun hasilnya belum maksimal. Namun kondisi ini tidak mematahkan semangat peneliti untuk memberikan sedikit sumbangsih  pada kelompok anak cacat.
Banyak hal membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini adalah  meningkatnya jumlah penderita cacat seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat dengan pesat ini. Jenis cacat yang semakin terlihat nyata dan berkembang pesat adalah autis. Jenis kelainan ini merata melanda keluarga dari semua kalangan, namun sekolah yang tersedia belum ada. Kalaupun ada hanya ditempat-tempat tertentu dan dikelola oleh swasta serta biaya yang harus dikeluarkan oleh orang tuapun sangat besar untuk dapat masuk didalamnya.
            Jenis sekolah bagi penderita ini dinamakan sekolah inklusif, yaitu sejenis sekolah yang diperuntukkan khusus bagi anak berkebutuhan khusus sebagaimana pendapat Maryadi dalam http//www.indonesia.com bahwa sekolah inklusif sangat diperlukan oleh anak berkebutuhan khusus, sebab tidak semua anak berkebutuhan khusus dimasukkan dalam sekolah luar biasa.
Pendidikan untuk penderita ini membutuhkan desain pengajaran dan pelayanan yang sangat berbeda serta dana yang luar biasa karena mereka memiliki karakteristik  khusus yaitu penderita ini sering gagal menerima stimulasi verbal maupun non verbal dari lingkungan sekitar.
Penelitian ini akan dibatasi pada satu objek tertentu, yaitu pembelajaran bahasa inggris dengan pendekatan modern yaitu Suggestopedia. Tidak dapat dipungkiri lagi, bahwa bahasa inggris merupakan bahasa utama yang mesti dikuasai oleh semua orang tanpa terkecuali untuk tetap bertahan pada era global ini. Ada beberapa aspek berbahasa, yaitu aspek produktif (speaking dan writing) dan aspek reseptif (listening dan reading). Melihat kondisi penderita autis, maka pembelajaran bahasa hanya dibatasi pada aspek reseptif, yaitu pada kemampuan anak autis untuk memahami simbol yang berupa kata-kata dan memahami orang lain berbicara.




B. Kajian Teori

1.      Definisi Autis
Autistik adalah gangguan perkembangan yang komplek menyangkut komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi. Gejalanya mulai tampak sebelum anak berusia 3 tahun. Bahkan pada austistik infantil  gejalanya sudah ada sejak lahir. (www.dikdasmen.depdiknas.go.id/html/plb/plb-kebijakan,htm. Selanjutnya, Amerikan Psych ( dalam http://www.ditplb.or.id/autisme dan pendidikannya/2006/index.phb) berpendapat bahwa autisme adalah gangguan perkembangan yang terjadi pada anak yang mengalami kondisi menutup diri. Gangguan ini mengakibatkan anak mengalami keterbatasan dari segi komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku.
2.      Karakteristik anak autis
Power dalam Sri Utari Soedarsono Dj http://www.ditplb.or.id/autisme dan pendidikannya/2006/index.phb. mendeskripsikan karakteristik anak autis adalah adanya enam gejala gangguan yaitu dalam bidang interaksi sosial, komunikasi(wicara,bahasa, perilaku,emosi, pola bermain, gangguan sensoris dan perkembangan terlambat.
3.  Faktor Penyebab
     Kanker dan Bruno dalam http://www.ditplb.or.id/autisme dan pendidikannya/2006/index.phb. berpendapat bahwa faktor penyebab autisme adalah ;
  1. Teori psychososial
autisme dianggap sebagai akibat hubungan yang tidak akrab antara orang tua dan anak dapat menyebabkangangguan pada anak asuh. Demikian juga perkataan yang dikemukakan oleh orang tua/pengasuh yang emosional, kaku,odsesif, tidak hangat, bahkan dingin dapat mnyebabkan anak asuhnya menjadi autis.
  1. Teori biologi
1)      faktor genetik
2)      pranatal,natal post natal; yaitu perdarahan pada kehamilan, konsumsi obat-obatan, anemia,gangguan pernafasan
3)      neuro anatomi; gangguan sel otak selama dalam kandungan dan infeksi, dan gangguan oksigenasi.
4)      Struktur dan biokimiawi, kelainan pada cerebelum dengan sel-sel purkinje yang jumlahnya terlalu sedikit dan kandungan dapomin yang tinggi dalam darah
5)      Keracunan logam
6)      Gangguan pencernaan, penglihatan dan pendengaran.

4. Pembelajaran pada anak autis
Pendekatan dan model pelayanan menurut http://www.ditplb.or.id/autisme dan pendidikannya/2006/index.phb  yang dapat dilakukan untuk anak autis adalah;
1) Pembelajaran pada anak autis adalah
    1. Discrete Trial Training (DTT)
    2. Intervensi LEAP ( Learning Experience and Alternative Program for Preschoolers and Parents)
    3. Floor Time
    4. TEACCH (treatment and Education for Austistic Children and Related Communication Handicaps).
       2) Model pelayanan pada anak autis pada usia sekolah bisa dilakukan dengan  berbagai model, antara lain;
a.       Kelas transisi
b.      Program pendekatan inklusif
c.       Program pendidikan terpadu
d.      Sekolah khusus autis


5. Suggestopedia

             Teori pembelajaran tradisional mempunyai karakteristik bahwa dalam pengajaran bahasa  didominasi oleh pandangan yang menyatakan bahwa guru adalah pemilik ilmu, sedangkan siswa selalu menjadi objek belaka. Pandangan ini bertahan sampai tahun 1960-an.  Namun ketika Chomsky melahirkan teori-teorinya yang lebih modern, yang  menganggap bahwa belajar bahasa adalah proses pembentukan kaidah dan yang lebih menekankan pada peranan siswa, dominasi teori-teori lama itu mulai dipertanyakan.
             Pendekatan pengajaran bahasa yang mengutamakan peranan siswa dan berorientasi pada kebutuhan siswa disebut pendekatan yang bersifat humanistik. Menurut pendekatan ini, bahasa harus dilihat sebagai suatu totalitas yang melibatkan peserta didik secara utuh bukan sekedar sebagai sesuatu yang intelektual semata-mata. Seperti halnya guru, siswa adalah manusia yang mempunyai kebutuhan emosional spiritual, maupun intelektual. Siswa hendaknya dapat membantu dirinya dalam proses belajar mengajar. Siswa bukan sekedar penerima ilmu yang pasif. Dan salah satu jenis pendekatan modern itu adalah Suggestopedia.
           Suggestopedia adalah  suatu  konsep yang menyuguhkan suatu pandangan bahwa manusia bisa diarahkan untuk melakukan sesuatu dengan memberikannya sugesti. Pikiran harus dibuat setenang mungkin, santai, dan terbuka sehingga bahan-bahan yang merangsang saraf  penerimaan bisa dengan mudah diterima dan dipertahankan untuk jangka waktu yang lama. Uraian tersebut sebagaimana di ungkapkan oleh Lozanov in Richards (2001:100)  that suggestopedia as a “science.....concerned with the systematic study of the nonrational and/or nonconcious influences “that human beings are constantly responding to. Sedangkan tujuan digunakannya metode ini adalah to deliver advanced conversational quickly(Richards, 2001:102).
Peranan guru dalam metode ini adalah to create situation in which the learner is most suggestible and then to present linguistic material in a way most likely to encourage positive perception and retention by the learner (Richards,2001:104). Dalam pendekatan yang bersifat humanistik ini guru akhirnya berfungsi sebagai pengelola kelas dan pembimbing untuk menolong siswa menyampaikan materi. Dengan demikian, siswa diharapkan dapat  nyaman belajar dan  termotivasi untuk lebih belajar lagi sehingga siswa dapat mengungkapkan pikiran-pikiran dalam bahasa asing yang sedang dipelajarinya.         Cara yang dilakukan untuk memotivasi  siswa untuk menumbuhkan dan menggali potensi siswa yang terpendam dilakukan dengan mendasarkan  pada 3 prinsip, yaitu: (1) gembiraan dan senang secara psikologis/ tidak tertekan, (2) kemampuan memanfaatkan bagian –bagian otak dan (3) kerjasama yang harmonis antara siswa dan guru.

Beberapa prinsip dalam mengaplikasikan metode Suggestopedia ini menurut Larsen (1983:77-80)adalah;
(1)      Learning is facilitated in a relaxed, comfortable environment
(2)    A students can leran from what is present in the environment
(3)   Activating the learners’imagination will aid learning
(4)   Teacher shoul recognize that learners bring certain psychological barriers
(5)   The teacher attempts to increase her students’ confidence that they will be a successful learners
(6)   Giving a new identity to the students
(7)   Error are to be tolerated
(8)   The learners attention does not focus on linguistic form
(9)   Teacher should help the students activate the material
(10)  Dramatization is a particularly valuable way of playfully activating the material
(11)  There is no homework
Suggestopedia juga memiliki beberapa kelemahan. Omaggio (1986:85) menyatakan bahwa kelemahan metode ini terletak pada bahan masukan secara pedagogis dipersiapkan terlalu eksklusif dan aspek pemahaman membaca dan menyimak terlalu terbatas. Selain itu, Steinberg (1986:193) mengemukakan bahwa suggestopedia hanya cocok untuk kelas-kelas yang kecil dan belum ada ketentuan dan persiapan bagi tingkat-tingkat menengah dan lanjutan.

    
6. Individual Approach
            Pendekatan individual didasarkan pada perbedaan individual, program bimbingan, bantuan kepada peserta didik yang mempunyai perbedaan individu agar dapat mencapai hasil belajar secara optimal, arahan mengajar kepada peserta didik secara langsung dengan memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih aktif. (Oemar Hamalik, 2001:187)
            Pendekatan individu adalah pendekatan yang melibatkan antara satu orang dengan orang lain yang saling berinteraksi untuk memberikan bimbingan, arahan, bantuan terhadap suatu keadaan atau ketrampilan tertentu sesuai dengan keadaan. Dengan pendekatan ini terjadi hubungan langsung antar pendidik dan peserta didik. Selain itu ada perasaan dihargai dari perhatian yang diberikan, terjadi komunikasi yang baik, dan pengajar bisa memantau perkembangan dan permasalahan yang terjadi. (www.cyberhigh.fcoe.kl2.ca.us/PASS Program /methodology/individual approach.htm)
                  Jenis pendekatan ini lebih menekankan pada pelayanan individual. Setiap peserta didik mempunyai kesempatan dan materi yang berbeda, karena setiap anak mempunyai kemampuan yangberbeda pula.

C. Metode Penelitian

            Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif eksploratif karena peneliti mengungkap dan mendeskripsikan permasalahan yang ada dilapangan. Pemilihan metode ini berdasarkan pada pendapat Soetrisno Hadi (2004:3) bahwa metode eksploratif bertujuan menemukan problem-problem baru. Sedangkan kenapa deskriptif, Suharsimi Arikunto (1993:310) mengatakan bahwa tujuan penelitian deskrptife adalah untuk menggambarkan “apa adanya” tentang suatu variabel, gejala atau keadaan. Sedangkan pengumpulan data dilakukan melalui  observasi, dokumentasi dan interview.

D. Paparan data
      a. Hasil interiview dengan pengelola, orang tua anak dan guru adalah
(12)                 Pengelola; tempat ini berdiri 5 tahun yang lalu, atas dasar permintaan orang tua untuk membantu terapi anak. Hingga saat ini jumlah siswa ada 30 yang terdiri dari penderita autis, hiperaktif dan lambat bicara. Setiap anak mempunyai latar belakang sosial ekonomi dan pendidikan orang tua  yang berbeda. Latar belakang guru adalah pendidikan psychologi dan pendidikan luar biasa. Dana operasional berasal dari orang tua murid dan donatur.
(13)                  Guru; tujuan proses pembelajaran ini adalah membantu meringankan beban orang tua, membantu anak berinteraksi secara wajar dengan lingkungan. Sedangkan target pembelajaran adalah anak dapat berinteraksi, bersosialisasi, berperilaku dan pada akhirnya dapat merasakan sebagaimana pendidikan disekolah formal seperti anak umumnya. Metode yang digunakan adalah pendekatan individu karena memang tidak semua anak mempunyai kemampuan sama. Khusus untuk pengenalan bahasa inggris memang lebih berat lagi karena guru harus benar-benar mampu memilih metode yang tepat, sehingga dapat membuat anak nyaman, konsentrasi dan tertarik. Untuk sebuah kata dibutuhkan waktu yang cukup lama masuk dalam memori anak.
(14)                 Orang Tua anak; Semua orang tua tetap optimis ada perubahan pada anaknya. Mereka tidak takut mengeluarkan biaya tinggi karena memang mereka berharap anaknya dapat seperti anak normal dan kedepannya tidak menjadi beban orang lain. Latar belakang pendidikan dan sosial ekonomi orang tua murid sangat beragam (PNS, swasta, pengusaha).
b.Dokumentasi
Hasil dokumentasi; latar belakang pendidikan guru adalah psychologi dan pendidikan  luar biasa. Jumlah guru hanya 9, sedang jumlah siswa 30. Jadi rasio tidak terpenuhi. Guru bahasa Inggris tidak ada. Bahasa Inggris diajarkan oleh semua guru.
           
  1. Observasi
Pengajaran bahasa Inggris dilakukan secara individu. Satu  guru, satu siswa dalam periode waktu tertentu. Kelas disetting semenarik mungkin dengan berbagai aksesoris yang dapat mendukung proses pembelajaran, seperti gambar-gambar benda disekitar, hiasan bunga dan binatang yang terbuat dari kertas bergantungan diatap dan jendela, miniatur alat-alat rumah tangga, alat transportasi, buah-buahan dan sebagainya. Pengajaran bahasa tidak bisa dilakukan langsung sebagaimana anak normal lainnya. Mengajarkan satu kata apalagi berbahasa inggris, guru harus ekstra keras menarik perhatian siswa. Materi tersebut diberikan secara individu, dengan setting tempat khusus juga. Sebagai contoh, mengenalkan kata “eat” guru harus menata ruangan yang ada meja makan (dalam hal ini menggunakan meja belajar) dilengkapi miniatur alat makan. Sementara guru satu mengenalkan kata “eat” guru yang lain mengajarkan kata”plate” dan yang lain belajar kata”spoon” “drink” ‘fish” sambil memegang miniature masing-masing. Dengan luarbiasa guru menarik perhatian siswa untuk berkonsentrasi dan fokus pada satu benda masing-masing tersebut dan mengucapkannya.Setiap anak akan mendapatkan “ pelayanan khusus” untuk memahami arti kata tersebut dalam waktu tertentu, dengan cara yang berbeda untuk tiap anaknya.
Khusus dalam hal ini adalah setiap siswa akan mendapat materi yang berbeda. Begitu kondisi ini berlangsung secara berulang-ulang hingga anak paham. Dalam satu  hari, belum tentu satu kosa kata akan dikuasai siswa, karena gangguan psikologis sering muncul dalam diri siswa.
Kondisi seperti inilah yang memang membuat mereka benar-benar sangat jauh ketinggalan dari siswa-siswa normal lainnya. Namun masa emas ini jangan sampai terlewatkan tanpa melakukan apa-apa. Pencapaian target mereka paham akan setiap kosakata asing itu saja merupakan pencapaian yang luar biasa.

E. Kesimpulan dan Saran

a.       Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut;
1.      Langkah  awal peningkatan sumber daya manusia adalah melalui bidang pendidikan yang  harus diberikan secara menyeluruh dan merata.
2.      Pemerataan pendidikan di negara ini belum merata, utamanya bagi anak yang mempunyai kebutuhan khusus.
3.      Beberapa usaha telah dilakukan masyarakat untuk mengatasi masalah tanpa adanya campur tangan pemerintah.
4.      Bahasa Inggris adalah bahasa kedua (L2) atau bahasa asing pertama yang diajarkan di sekolah-sekolah  di Indonesia baik itu formal maupun informal
5.      Pendekatan suggestopedia termasuk pendekatan yang bersifat humanistik, karena suggestopedia dalam penerapannya mengutamakan peranan siswa, berorientasi pada kebutuhan siswa,
6.      Penggunaan suggestopedia dan pelayanan individual sudah tepat dilakukan oleh guru, walaupun aplikasinya belum  maksimal karena kendala-kendala yang tidak dapat dihindarkan.
7.      Banyak faktor pendukung keberhasilan belajar bahasa;
a. SDM
b. Sarana dan Prasarana




b.      Saran
1.      Pemerintah diharapkan lebih serius menangani pendidikan anak berkebutuhan khusus supaya kedepannya tidak menjadi beban keluarga, masyarakat dan negara.
2.      Adanya kerjasama yang baik antara Departemen Social dan Departemen Pendidikan untuk mengangkat harkat dan martabat salah satu lapisan yang termarjinalkan utamanya dalam mendapatkan hak untuk memperoleh pendidikan yang layak.





DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi.1992. Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta
________________, 1993. Manajemen Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta
Astuti, Idayu, Hj.MPdp. Mengenal Autisme dan Terapinya, http://www.ditplb.or.id/2006/index.php . diakses 1 april 2008
Hamalik, Oemar,Prof,.Dr.1992.Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru
_____________________, 2001. Proses belajar Mengajar.Jakarta: PT Bumi Aksara
Hayden, Torey. Mengakomodasi Murid Berkebutuhan Khusus. http://www.ditplb.or.id/2006/index.php. diakses 1 april 2009
Larsen-Freeman, Diane.1983.Technique and Principles in Language Teaching.Oxford : Oxford University Press
Lesmana, Jati T M.2007. Pengantar (Metode) Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Carasratibooks
Maryadi, Karlina. 2008. Sekolah Inklusif Lebih Dibutuhkan daripada SLB. http://www.indonesia.com diakses 1 april 2009
Nurgiysntoro, Burhan,1995. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta:BPPE
Omaggio, Alice C. 1986. Teaching Language in Context: Proficiency Oriented Instruction. Boston: Heinle & Heinle Publishers, Inc.
Purwanto, Ngalim, 1991.Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya
Richards, JC, and Rodgers,T.S, 2001. Approach and Methods in Language Teaching. Cambridge University Press
Ririmase, Johana. Lima cara Sederhana Mengembangkan Kemampuan Verbal Anak autis. http://www.putrakembar.org. Diakses 1 april 2009
Setyawan, Yasin. 2008. Perkembangan Kemampuaan Berfikir Anak. www.sraksoft.net index/phb. Diakses 2 april 2009
Soenjono Dardjowijojo. 1996. “Lima Pendekatan Mutakhir dalam Pengajaran Bahasa” dalam Muljanto Sumardi (ed). Berbagai Pendekatan dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Jakarta: Pelita Sinar Harapan.
Sudjana, Nana. 1993. Cara Belajar siswa Aktif Dalam proses Belajar mengajar. Bandung: Sinar Baru
Sukardi,2003. Metodologi Penelitian pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, Yogyakarta: Bumi Aksara
Steinberg, Danny D. 1986. Psycholinguistics: Language, Mind and World. London: Longman.

Utami, Sri.SD. Drg. Msi, 2006. Konsep Layanan Pendidikan Bagi Anak Autistik dan Profil Model Sekolah Pelita Hati. http://www.ditplb.or.id/2006/index.phb diakses 1 april 2009
Wijaya Kusuma, Hembing.Prof.H.M.2004, Psikologi Anak Autisma. Teknik Bermain Kreatif Non Verbal dan Verbal, Terapi Khusus untuk Autisma. Jakarta: Pustaka Populer Obor

1 komentar: